Kenyataan nya dari dulu pemerintah sudah sering menerapkan new normal. New normal bukan lagi komoditi baru, yang paling baru ya tentang PSBB.
Coba saja bicara acak dengan orang sekeliling anda tentang PSBB. Pembicaraan itu pasti akan tampak sangat normal. Anda akan saling berbicara ttg bagaimana anda di berhentikan dari pekerjaan anda, bagaimana gaji anda di pangkas, tentang sulitnya mencari pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dst.
Seolah-olah obrolan tsb adalah hal yg biasa, seolah-olah keadaan PSBB memang seharusnya terjadi. Kemudian yg akan kita salahkan dalam pembicaraan itu adalah pandemi covid19.
Kita lupa bahwa yg menerapkan kebijakan PSBB adalah pemerintah. Kita lupa juga bahwa ada kebijakan lain yg disebut Lockdown.
Dalam kondisi ini, hal paling normal yg harusnya dilakukan pemerintah ketika mengalami pandemi covid19 seperti saat ini adalah Lockdown.
"Dimana pemerintah kita akan menjamin hak warganya yang termiskin sekalipun dan apabila tidak, lockdown tak hanya lalim, tetapi juga tidak efektif" -
asumsi.co
Kemudian dikeluarkan istilah PSBB, dikemas dengan bahasa yg sedemikian rupa, digiring ke-sana dan ke-sini agar isu tadi ter-alihkan.
Faktanya pemerintah berhasil, PSBB menjadi hal yg biasa. Orang-orang yang meringis karna lapar lupa, bahwa mereka tidak seharusnya lapar, karena pemerintah harusnya menunjang mereka.
Pada dasarnya PSBB adalah sebutan lain yg dibuat pemerintah untuk lockdown, namun tanpa menjamin hak warganya. yg kemudian di sebut oleh
asumsi.co sebagai LALIM, dan juga TIDAK EFEKTIF (sudah terbukti 2 hari terakhir penyebaran covid19 melebihi 1000 kasus / hari).
Maka PSBB adalah New Normal, karena PSBB adalah keadaan tidak normal yg kemudian di paksakan menjadi sesuatu yg Normal.
8.52 AM
Juni 11, 2020
Di Warmindo Samping MSIG Tower
Setia Budi
